CILACAP, JAWA TENGAH – MAJALAHSUKSES.COM. Usia muda tak menghalanginya untuk meraih sukses. Meski kesuksesan harus menjalani perjuangan yang berat dan waktu yang cukup panjang, Sony Rizal berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi nyata. Yah, di usia yang bisa dibilang muda.
Kelahiran Cilacap ini memulai bisnisnya sejak masih menempuh pendidikan di bangku kampus, Universitas Jendreal Soedirman Purwokerto fakultas sastra Inggris.
Soal bisnis, Sony yang saat itu tinggal di kamar kos, lebih tertarik bisnis di bidang kuliner. Itu tak lepas dari hobinya yang doyan kulineran.
Tepat saat semester tiga, pemilik nomor handphone 0856-4253-2887 itu memulai usahanya dengan membuka Rumah Makan Golden.

Merintis Usaha Penuh Haru
Bermodalkan sedikit uang hasil gadai BPKB motor untuk sewa kios dan lain-lain, Sony optimis kesuksesan akan segera diraihnya dengan bisnis kulinernya. Karyawan andalannya adalah dirinya sendiri.
Rumah Makan Golden memiliki beberapa menu andalan diantaranya ayam goreng dan ayam bakar. Selain bisa makan di tempat, Rumah Makan Golden juga melayani penjualan dengan pesan antar.
Bisnis tak selalunya berjalan dengan mulus. Apalagi di masa awal merintis. Tak langsung ramai pembeli. Banyak suka maupun duka. Pernah Bahkan ada cerita yang sangat berkesan dan masih tersimpan baik dalam memori.
Karena kerja sendiri tanpa karyawan, jika mengantar pesanan, kedai dititipkan ke tetangga sebelahnya.
“Pernah ditipu oleh orang yang pesan makan. Saya antar tetapi alamatnya tidak ada. Sampai kehabisan bensin” kenang Sony saat wawancara sembari ngopi beberapa waktu lalu.
Atas kuasa Allah, keajaiban pun datang. Empat porsi makan yang tak jelas pemesannya, akhirnya dibeli oleh rekannya yang berada di sebelah rumah makannya. Tak hanya membelinya, tapi juga menguatkannya untuk terus sabar.
Kejadian ditipu oleh pembeli bukan sekali atau dua kali saja, namun hingga enam kali. Namun Sony tetap sabar.
Terjadi pula insiden terjatuh dari motor saat hendak mengantar pesanan. Ditambah habis bensin dan tak ada uang pula. Bersyukur, seorang petugas pombensin memberinya secara cuma-cuma.
Makanan yang jatuh tadi pun dibersihkan.Niatnya hanya dikasihkan saja ke pemesan. Namun kenyataan berkata lain. Pesanan yang senilai enam puluh ribu rupiah dan sudah diikhlaskan, pemesan bersikukuh tetap membayarnya dengan uang lebih, seratus lima puluh ribu rupiah.
“Pernah juga seharian jualan hanya dapat uang tujuh ribu rupiah. Biasanya teman-teman yang ngelarisin jualan saya” ungkapnya.
Tak bertahan lama, usaha rumah makannya pun akhirnya tutup.

Titik Terang dengan Bisnis Kesehatan
Pada tahun 2010, beralih ke bidang lain dengan membuka usaha jasa rumah terapi kesehatan. Bukan di Purwokerto seperti usaha sebelumnya, bukan juga di kampung halamannya, Cilacap. Tetapi di tetangga kabupaten, Purworejo.
Tak disangka, omset di bulan pertama meledak mencapai 48 juta rupiah. Dengan keuntungan hingga 22 juta rupiah. Sebuah hasil yang fantastis jika dibanding dengan usaha rumah makan sebelumnya.
Sukses dengan rumah terapi pertamanya, tak lama kemudian buka cabang di beberapa tempat. Diantaranya di Sleman dan Bantul, Jogjakarta.
Tak berpuas diri sampai disitu saja, Sony pun kembali berbisnis yang sesuai denga passion-nya, kuliner. Rumah makan dengan menu andalan seafood yang diberi nama Omah WK dibukanya di Cilacap.
Nama Omah WK yang memiliki slogan “Rasa Yang Sebenarnya” itu cukup beken di kalangan petualang rasa khususnya di Kota Cilacap. Berbagai program disuguhkan untuk menarik banyak konsumen.
Konsep lain dari yang lain baik desain ruangan dan juga menu serta berbagai layanan juga mampu membuat Omah WK memilik ‘tempat’ tersendiri di benak para pelanggaanya. Terus berinovasi dan termasuk juga adanya program buka puasa gratis bagi siapapun tanpa syarat.
Strategi bisnisnya cukup jitu. Terbukti dengan keberhasilannya membukukan omset sekitar 2,2 miliar rupiah di tahun pertamanya beroperasi, 2017. Sangat membanggakan prestasinya untuk ‘pendatang baru’ di dunia kuliner di Cilacap.
Selain bermodal pengalaman membuka rumah makan sebelumnya, Sony belajar secara otodidak dalm menjalankan bisnis kulinernya.

Menolak Kerja, Sukses Jadi Pengusaha
Sony pernah dimarahi oleh orang tuanya karena menolak sebuah tawaran kerja. Sebuah hal yang wajar di tengah banyaknya orang tua yang berpikiran setelah lulus sekolah atau kuliah, anak tinggal melanjutkan bekerja di perusahaan-perusahaan.
Usaha atau berbisnis dipilih sebagai jalan hidupnya dalam menjemput rizki. Kini Sony telah menjawab kekecewaan orang tuanya dengan cerita yang manis dan membanggakan.
Setelah sukses berbisnis kuliner dan kesehatan, juga mulai merambah ke sektor properti sembari usaha yang sudah ada terus dikembangkan. “Banyak yang minat untuk bermitra, namun perlu diseleksi dulu mana yang benar-benar serius” jelasnya.
Ilmu yang bagus tak disimpan untuk dirinya sendiri saja, namun juga dibagikannya kepada banyak orang. Sony beberapa kali tampil sebagai pembicara dalam acara-acara mentoring bisnis.
Sony mengatakan bahwa itu semua tak lepas dari dukungan keluarganya. “Ingin memberi manfaat yang banyak untuk orang lain melalui usaha saya ini”
Kesuksesannya saat ini dicapainya dengan mengalami berbagai kegagalan yang efeknya pun bermacam-macam. Dari yang ringan hingga yang berat.
“Saat ini sedang tahap memperbaiki diri dari semua sisi” tandas pengidola motivator Bong Chandra itu.
Alumni Entrepreneur University ini berpesan, jika kita percaya sama orang, susah. Lebih baik total pasrah sama Allah. “Selalu anggap para mentor di atas kita. Kita sebagai pembelajar” pesannya singkat dan bijak.
Muda, soleh dan sukses. Sebuah perpaduan yang sangat apik. Namun seperti kurang lengkap dengan belum adanya sosok manis di sisinya.
“Targetnya tahun ini menikah” kekeh Sony yang mendambakan seorang wanita cantik nan solehah bisa untuk bisa segera selalu bersama mengarungi bahtera kehidupan dan menggapai kesuksesan yang lebih dari sekedar berbisnis.
Semoga lekas dipertemukan dengan jodohnya. Aamiin. Salam sukses!
(Teks: Telson Hardani, Foto: Istimewa)
Tweet