Home SUCCESS STORY Muhammad Ma’sum Al Ghozali, Sukses Bisnis Properti Syari’ah Tanpa Riba

Muhammad Ma’sum Al Ghozali, Sukses Bisnis Properti Syari’ah Tanpa Riba

17 min read
0
0
3,219

Teks: Telson Hardani         Foto: Doc. PP

BANYUMAS, JAWA TENGAH – MAJALAHSUKSES.COM. Seorang muslim tentu wajib menjadikan aturan-aturan Islam sebagai panduan hidup, termasuk di dalamnya dalam berbisnis. Mengingat, bisnis bukan sekedar tentang orientasi profit, tapi jual soal surga dan neraka. Begitu pula dengan Muhammad Ma’sum Al Ghozali, pengusaha properti asal Purwokerto Banyumas, Jawa Tengah.

Baginya, prinsip hidup adalah sebagaimana sabda Rasulullah, muslim yang terbaik adalah yang bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain.

Keteguhannya memegang prinsip tersebut mengantarkannya pada kondisi kini yang telah sesuai dengan yang dicita-citakannya. Memulai usaha dengan satu orang karyawan, kini sudah memiliki ratusan karyawan dan buruh yang terlibat di bisnisnya.

Bahkan, bisnisnya dirintis tanpa ‘modal’ dan hutang, baik Bank maupun investor. Selama 2 (dua) tahun berdiri, Perspective Property telah mencatat omset hingga puluhan milyar rupiah. Menariknya, semua aset perusahaan dan Sertifikat-sertifikat perumahannya tidak ada satupun yg tersimpan di Bank. “Seluruh permodalan atau aset adalah hasil perputaran bisnis” ungkap pemilik akun facebook Muhammad Ma’sum Al Ghozali itu bangga. Hebat!

Saat ini, Perspective Property memiliki beberapa unit usaha. Diantaranya adalah :

1. Graha Emerald, cluster muslim 19 unit di Jatilawang, Kabupaten Banyumas
2. Madhina Premier, cluster muslim 10 unit di Kelurahan Teluk Purwokerto
3. Perspective Houseware: produsen interior dan eksterior building
4. Perspective Construction: jasa bangun, desain, dan perencanaan sipil dan arsitektur bangunan.

Selain aktif berbisnis properti, pemilik nomor WA 0852-2533-0565 itu juga masih disibukkan dengan mengurus yayasan pendidikan Islam dan aktif di beberapa organisasi-organisasi pengusaha muslim di Purwokerto.

Ia mengakui, aktif di yayasan pendidikan dilatar belakangi oleh kecintaannya pada dunia pendidikan. Mengingat Ia dahulunya adalah seorang guru swasta selama 7 (tujuh) tahun. Pendidikan S1 juga diraih dari IAIN Purwokerto, dengan gelar Sarjana Pendidikan Islam. Hingga kemudian beliau banting stir terjun di dunia usaha properti.

Cita-cita tertingginya adalah mendirikan sekolah Islam untuk mewujudkan generasi muslim yang unggul dan tangguh. Tentu didasari latar belakang pendidikan dan keluarga yang memang mayoritas perprofesi sebagai pendidik.

Dan bisnis di properti sangat menunjang harapan tersebut, mengingat pendidikan merupakan tempat mengabdi, bukan untuk mencari kekayaan. Bisnis properti diharapkan bisa menghidupi lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dikelolanya.

Proyeksi ranahnya jelas. Mana tempat untuk meraup kekayaan materi, mana tempat untuk mengabdi. Hal tersebut membuatnya bisa total dalam berkarya.

Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari pemikiran-pemikiran suami dari Ita Fatmawati yang sudah dikarunia dua orang anak bernama Navis Zahi Murtaza (10) dan Arzachel Sakha Arkan Athariz (7) itu.

Bicara soal bisnis, beliau ini ahlinya. Bukan trainer, namun seorang praktisi sukses. Beliau juga rajin menulis untuk menuangkan ide-idenya soal pendidikan dan bisnis, karya tulisnya pernah dimuat di beberapa majalah cetak, maupun sosial media. Berikut adalah beberapa ungkapan pemikirannya.

Kalau Mau Rugi, Jangan Ajak-ajak Dong!

Demam branding bisnis yang sedang merambah di kota-kota sekitar kita memunculkan banyak pengusaha-pengusaha muda start up yang kreatif dan penuh ide brilian.

Ketepatan dalam membaca demand pasar, kejelian membingkai brand, dan memainkan bisnis image membuat usaha-usaha baru itu menjamur seolah berlari cepat dan melibas habis para pendahulunya.

Menjadi startup yang melejit bukanlah sebuah zona nyaman dan aman,. Memang nampak seolah mereka beruntung yang dengan sekejap menjadi entrepeneur sukses sulapan.

Produk terjual habis setiap hari, omset selalu di atas ekspektasi, branding mereka berkeliaran di media sosial. Bahkan ownernya diundang kesana kemari menjadi pembicara dan motivator muda sukses.

Tapi perlu diingat bahwa sebuah bisnis, apapun itu akan mengalami business circle atau trade circle. Adakalanya mengalami masa depresi dan ada waktunya mengalami keemasan (booms).

Berbagai faktor bisa menjadi penyebab, bisa karena kejenuhan produk, atau bahkan faktor makro seperti kelesuan ekonomi dan daya beli masyarakat. Bahkan seperti halnya produk properti, yang seolah tidak mengenal musim.

Selama masih ada pernikahan baru, terlahir manusia baru, maka disaat yang sama akan bertambah kebutuhan properti. Itupun saya sebagai pemain properti menyadari betul bahwa siklus itu akan tetap datang.

Kelemahan para startup pada umumnya adalah gagal dalam mengantisipasi masa depresi usaha mereka. Akibatnya, sukses dadakan juga diikuti gagal dadakan.

Anda tentu bisa mengamati berbagai brand yang awalnya begitu dahsyat dan menakjubkan, tiba-tiba hilang tak berbekas. Ownernya yang sebelumnya kesana kemari menjadi motivator, menciut nyalinya karena gagal memotivasi usaha sendiri.

Maka, menjadi Start up yang sukses itu keren. Tapi pertahankan dan persiapkan bisnis anda sampai matang dan jangan pernah terburu-buru menggaet investor untuk buka cabang baru, membuka franchise, waralaba, atau apapun itu selama anda belum siap betul, secara sistem dan kematangan usaha.

Kalau masa depresi itu datang saat Anda terikat komitmen dan tanggungjawab moral yang besar pada investor, maka percayalah, pusing Anda saat itu akan tak terhingga.

Pusing memikirkan usaha sendiri, usaha bersama investor, memikirkan tanggungjawab pada para investor, sementara istri dan anak-anak di rumah juga harus dipenuhi semua kebutuhannya.

Maka, kalau belum siap jangan ajak investor. Matangkan dulu usaha anda. Jangan sampai anda rugi sambil ajak-ajak yang lain!

Bisnis Harus Pake Gairah?

Beberapa teman lama, baik itu semasa sekolah, kuliah, teman main di kampung, atau bahkan teman bekerja ketika masih sama-sama menjadi karyawan seringkali menyampaikan, “Mas, ikut usahanya dong, bisa kerjasama gak? Bagi-bagi bisnisnya dong, bla bla bla….”

Di tempat lain, beberapa teman juga menanyakan tentang bisnis yang cocok untuk mereka. Sudah ngebet resign tapi masih ragu karena belum tau mau memulai usaha dari mana.

Kalau pekerjaannya baik, tentu tidak masalah untuk menunda resign sambil menyiapkan usaha terlebih dahulu. Yang jadi masalah adalah ketika dia bekerja di perusahaan ribawi, dan berbagai pekerjaan yang nyata-nyata sudah banyak difatwakan keharamannya. Maka, resign menjadi satu-satunya pilihan tanpa menunda lagi.

Saya coba tuliskan satu hal, yang ini wajib dipahami dulu sebelum memulai bisnis. Jangan sekonyong-konyong karena tergiur ajakan teman untuk bekerjasama, atau tawaran franchise dengan janji laba besar modal kecil, atau karena brand yang sudah punya nama.

Percayalah, menjadi pebisnis yang masih dalam posisi startup, brand yang besar, franchise yang konon sistem dan resep suksesnya semua sudah dari sononya, tawaran kerjasama dari teman dekat yang sudah sukses sekalipun.

Semua itu tidak bisa jadi sandaran sukses usaha tanpa Anda memiliki PASSION atas usaha yang Anda geluti.

Bisa jadi modal anda yang pas pasan, mungkin hasil pesangon dari resign anda, atau pinjeman dari mertua, hasil merayu sang istri, hanya akan berwujud usaha yang mangkrak.

Memang menjadi start up itu tidak selalu harus langsung sukses, tapi meminimalisir kerugian selama kita sendiri belum mapan secara ekonomi wajib diperhitungkan dengan cermat.

Passion Itu Wajib Dalam Menentukan Usaha Kita?

Relevansi antara GRIT (kencenderungan untuk konsisten pada proses pengulangan jangka panjang) dalam bisnis itu penting, agar kita tidak mudah jenuh dengan bisnis yang kita jalankan.

Jangan sampai tergiur ajakan teman untuk membuka usaha jasa cuci motor, sementara Anda tidak minat pada dunia motor.

Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan konsisten itu sama pentingnya dengan IQ dalam menunjang kesuksesan manusia.

Sudah saya gambarkan pada tulisan sebelumnya, bahwa setiap bisnis ada trade circlenya, masa paceklik dan masa keemasannya. Kesabaran dan keuletan pada saat masa paceklik itu dibutuhkan agar tetap survive.

Dalam bisnis apapun, wajib disertai sentuhan emosional yang kuat. Dengan ini maka akan muncul DETAILING pada produk maupun layanan anda.

Detailing ini hanya bisa kita gali dari terlibatnya emosi kita dengan bisnis kita. Anda yang mengelola usaha kuliner, maka detailing ini tentu sudah akan muncul manakala anda menyiapkan tempat yang paling nyaman sesuai jenis kuliner Anda.

Juga dimunculkan saat anda memilih bumbu-bumbu masakan, memiliki citarasa yang tinggi dengan masakan, dan sampai pada bagaimana menyajikan yang baik.

Bisa dibayangkan seandainya seorang penjual rames tidak menghadirkan passion dalam usahanya, tentu akan sangat berbeda dengan yang ada passion dalam usahanya, yang mencintai bidang kuliner.

Bisnis itu butuh berfikir terus menerus. Membuka usaha itu jauh lebih mudah daripada mempertahankan usaha. Maka kreasi dan inovasi serta kecerdasan dalam membaca situasi, baik situasi internal maupun eksternal kita, wajib dimiliki oleh seorang owner bisnis apapun.

Tentu kita selalu berharap bahwa usaha kita lebih baik dalam semua hal dibanding kompetitor kita, maka jangan pernah berhenti berfikir untuk terus berinovasi.

Pada saat kita berhenti berinovasi, saat yang sama kompetitor sedang melanglang buana mencari gagasan dan ide baru, adopsi brand-brand ternama, menghitung dan cerdas mempelajari siklus bisnisnya, tentu saat itu kita sedang kalah telak secara akselerasi bisnis.

Dan ternyata, ketahanan kita untuk berfikir keras, sangat erat kaitannya dengan passion yang kita miliki. Karena memikirkan sesuatu yang kita sukai, jauh lebih ringan daripada memikirkan sesuatu yang tidak kita sukai.

Mudahnya, seorang pecinta ilmu sosial, dipaksa menghafal ratusan rumus kimia. Meski kecerdasannya di atas rata-rata, tanpa rasa suka maka itu menjadi hal yang sangat berat.

So, jangan mudah terima tawaran franchise dengan modal murah hasil melimpah. Jangan pula mudah sertakan duit anda dalam usaha kerjasama yang hanya berbekal percaya. Pastikan anda memiliki passion agar bisnis yang akan anda jalani bisa eksis sekaligus menjalaninya dengan bahagia.

Super sekali coach. Salam sukses penuh berkah!

Comments

comments

Load More Related Articles
Load More By Majalah Sukses
Load More In SUCCESS STORY

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also

Malini Kopi, dari Lokalisasi Menjadi Warung Kopi

Tweet MADIUN, JAWA TIMUR – MAJALAHSUKSES.COM. Sebuah transformasi luar biasa dilakukan ole…